PANGKALPINANG, Infobabel
Jailani yang akrab disapa Mang Jai (65), mengayunkan cangkulnya di celah sempit pekuburan umum Bukit Lama, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Senin (24/11/2025).
Hari ini Mang Jai harus menyiapkan dua kuburan sekaligus untuk jenazah dua perempuan yang akan dimakamkan sebelum petang.
Tak banyak tanah kosong yang tersisa. Mang Jai harus jeli melihat sedikit ruang kosong dan menggalinya untuk penghuni baru.
“Sudah sering tumpang tindih. Kadang bertemu tengkorak, tidak tahu identitasnya kita pindahkan,” kata Mang Jai di pemakaman Bukit Lama, Senin.
Pemakaman Bukit Lama lokasinya berdekatan dengan Pasar Pagi, menempati lahan sekitar tiga hektar.
Pekuburan ini diyakini sudah ada sejak dua abad lalu, merujuk pada salah satu nisan yang bertuliskan tahun 1890.
Mang Jai sendiri telah melakoni pekerjaannya sebagai petugas makam selama 40 tahun lebih.
Ia bekerja untuk menjaga kebersihan makam sekaligus penggali kubur.
Selama berkecimpung sebagai petugas makam, tak ada honor tetap yang diterima Mang Jai.
Bahkan saat pandemi Covid-19, Mang Jai tetap aktif menyiapkan lubang kuburan, meskipun tidak pernah terima insentif.
“Insentif Covid katanya jutaan, saya tidak pernah menerima, padahal yang dikuburkan sudah macam-macam terjangkit dan sebagainya,” ungkap Mang Jai.
Namun bagi Mang Jai, pekerjaan menggali kubur atau merawat makam memang bukan soal mendapat upah tetap, melainkan bernilai ibadah dari sisi agama.
“Kami kalau gali kubur tidak pernah meminta dan tidak boleh meminta dibayar. Kalau ada yang memberi seikhlasnya diterima,” ujar Mang Jai.
Atas dedikasinya itu, rezeki Mang Jai memang tidak masuk melalui pintu makam. Ia justru mendapat bantuan sosial untuk kategori warga rentan lanjut usia.
Selain itu, Mang Jai juga mendapatkan tambahan penghasilan dari statusnya sebagai pengurus Rukun Warga (RW).
“Warga biasanya ada iuran kematian, jadi saat musibah tidak dibebankan lagi. Kadang diambil dari sana untuk penyelenggaraan jenazah. Karena iuran sifatnya tidak menentu,” beber Mang Jai.
Dari penghasilan tersebut Mang Jai berusaha membiayai sembilan anaknya dari empat istri yang sudah kawin cerai.
– Tak ada kejadian aneh
Selama melakoni pekerjaan sebagai petugas makam, Mang Jai mengaku tidak pernah bertemu hal-hal yang aneh, secara langsung maupun dalam mimpi.
“Kalau bertemu tengkorak manusia wajar namanya juga makam, beda kalau ketemu tengkorak sapi baru aneh, tapi tidak pernah ketemu yang aneh-aneh,” ujar Mang Jai sembari tertawa.
Ia pun menegaskan bahwa niat petugas makam bernilai ibadah sehingga harus dilaksanakan dengan sabar dan pikiran yang jernih.
“Kalau bertemu tengkorak, kami kubur ulang agar tidak terganggu untuk kedua kalinya,” ucap Mang Jai.
Dia pun berharap, pemerintah juga memberi perhatian dalam pengelolaan makam, mengingat lahan yang semakin terbatas.
“Jangan sampai terabaikan, kalau sudah ada yang meninggal baru ingat,” pesan Mang Jai.





