BANGKA, Infobabel
Sebanyak 16 mahasiswa dari enam negara ambil bagian dalam program kecerdasan buatan atau artifisial intelijen (AI) sektor pariwisata dan konservasi di Kepulauan Bangka Belitung.
Sebagai daerah tambang yang kini gencar mempromosikan pariwisatanya, Bangka Belitung mendorong penggunaan teknologi sebagai sarana promosi dan edukasi.
“Kami memperkenalkan potensi pariwisata dan konservasi menjadi bagian dari pengembangan pendidikan,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung Fadillah Sabri saat pembukaan kegiatan Summer Course 2024 ke-2 di Pangkalpinang, Senin (5/8/2024).
Fadillah menuturkan, pada Summer Course pertama, mahasiswa asing dikenalkan berbagai destinasi wisata seperti jembatan emas, danau kaolin hingga makanan khas lempah kuning.
Hal yang sama juga akan dilakukan pada sesi tahun ini dengan penambahan inovasi artifisial intelijen.
Selama tiga pekan di Bangka Belitung para mahasiswa bakal menghadirkan inovasi terbaik mereka untuk mendukung pariwisata dan konservasi.
“Saat ini teknologi informasi berbasis aplikasi sudah berkembang. Ini kita kembangkan lagi bagaimana mahasiswa berinovasi dengan dua tema pariwisata dan konservasi,” ujar Fadillah.
Hasil kajian selama di Bangka Belitung, ujar Fadillah akan menjadi sarana promosi daerah sekaligus bisa diterapkan mahasiswa di negara masing-masing.
“Bagaimana mengakses gambar dan video dengan multiplatform tentu ini sangat membantu,” beber dia.
Adapun para peserta terdiri dari 10 perutusan negara asing yakni dari Palestina, Uganda, Pakistan, Yaman, dan Sudan. Sedangkan 6 mahasiswa lainnya dari Indonesia.
Para mahasiswa ini selama tiga minggu akan belajar bersama di Unmuh Babel yang nantinya juga akan mendapatkan langsung sertifikat. Mereka juga telah diseleksi langsung oleh tim Majelis Pengembangan Muhammadiyah.
Peserta dari Sudan, Nemat Adil Mohammed, mengaku senang bisa mengikuti Summer Course di Bangka Belitung.
Isu-isu pariwisata dan konservasi menurutnya menjadi perhatian dunia internasional hingga saat ini.
“Masyarakat Indonesia terkenal ramah, tentunya ini harus sejalan dengan pelestarian lingkungan. Kita cari solusi secara berkelanjutan,” ujar Nemat.
“Kami tahu di sini ada tambang timah juga, bagaimana ini berdampingan dan mendatangkan manfaat, akan dibahas nantinya,” tambah dia.