PANGKALPINANG, Infobabel
Faktor cuaca mempengaruhi stok bahan pokok seperti bawang dan ikan di Kepulauan Bangka Belitung. Hal itu membuat wilayah Bangka Belitung mengalami inflasi sebesar 0,65 persen pada Juli 2025, lebih tinggi dari angka nasional 0,30 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S Tamawiwy, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem berdampak terhadap gagal panennya bawang merah di daerah sentra produksi dan tidak dapat melautnya nelayan di Bangka Belitung.
“Mengakibatkan terbatasnya stok bawang merah dan ikan laut khususnya ikan kerisi di pasar. Selain itu, stok daging ayam ras juga terbatas di tengah permintaan masyarakat yang meningkat,” kata Rommy pada awak media di Pangkalpinang, Senin (4/8/2025).
Rommy mengatakan, Tanjungpandan Belitung tercatat mengalami inflasi tertinggi yakni sebesar 1,41 persen (bulanan), diikuti oleh Kabupaten Belitung Timur dan Kota Pangkalpinang yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,04 persen dan 0,46 persen. Sementara itu, Kabupaten Bangka Barat tercatat mengalami inflasi bulanan terendah yakni sebesar 0,16 persen.
“Andil inflasi bulanan disumbang oleh daging ayam ras, bawang merah dan ikan kerisi. Namun, tekanan inflasi yang lebih dalam tertahan oleh penurunan indeks harga kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga yang mengalami deflasi sebesar 0,16 persen,” ujar Rommy.
Rommy menambahkan bahwa Bank Indonesia terus bersinergi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan mitra strategis lainnya dalam menjaga inflasi pada rentang yang rendah dan stabil. Tiga langkah strategis pengendalian yaitu menjaga inflasi 2025 pada kisaran sasaran nasional 2,5±1 persen, menjaga inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) pada 3,0-5,0 persen dan memperkuat koordinasi pusat dan daerah dengan penyusunan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025-2027.
“Memperkuat kerangka kebijakan 4K dalam pengendalian inflasi yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif,” ujar dia.
Demi mendukung keterjangkauan harga bahan pokok, sejak Januari sampai Juli 2025 telah dilaksanakan 34 sidak pasar di seluruh wilayah di Bangka Belitung.
Sidak ini dilakukan untuk memberikan kepastian kepada masyarakat agar tidak khawatir terhadap potensi kenaikan harga bahan pokok. Selain itu, Bank Indonesia juga turut mendukung penyelenggaraan Operasi Pasar (OP) dan Gerakan Pasar Murah (GPM).







