BANGKA, Infobabel
Tim anggaran pemerintah daerah saat ini masih membahas alokasi Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) di lingkungan Pemprov Kepulauan Bangka Belitung.
Wakil Ketua DPRD Bangka Belitung Edi Nasapta mengatakan, pembahasan yang sedang dilakukan saat ini mempertimbangkan kondisi defisit keuangan daerah yang mencapai Rp 271 miliar.
“Belum bisa dipastikan ada pemotongan TPP pegawai atau tidak, saat ini diusahakan agar hak pegawai tidak terkena pemangkasan,” ujar Edi di kantor DPRD, Kamis (24/4/2025).
Edi mengungkapkan, pemprov perlu meningkatkan potensi pendapatan daerah agar program pembangunan berjalan maksimal. Salah satu peluang yakni penambahan royalti timah di atas tiga persen.
Soal royalti ini belum ada kejelasan sehingga perlu dibahas lebih lanjut agar pemasukan daerah bisa bertambah.
“Tambahan royalti timah akan membantu pembiayaan daerah yang sedang disusun,” ujar Edi.
Rencana penambahan royalti timah dari tiga persen menjadi 10 persen terus mengemuka. Namun jumlah persentase belum diputuskan, kemudian ada alternatif bahwa tiga persen menjadi ambang batas minimal, sedangkan kenaikan persentase menyesuaikan dengan harga timah di pasaran dunia.
Kalau penjualan di pasaran dunia naik, maka royalti timah bagi daerah akan ikut naik pula.
Sementara itu, Pj Sekda Bangka Belitung Ferry Afrianto mengatakan pembahasan anggaran masih dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan prioritas daerah.
Soal rencana pemotongan anggaran TPP Pegawai juga belum ada keputusan.
Sebelumnya Ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung Didit Srigusjaya mengatakan bahwa daya beli dan ekonomi yang menurun, membutuhkan kerja ekstra dari seluruh pihak dan kolaborasi yang kuat dilingkungan Pemerintah Provinsi Bangka Belitung.
Terlebih diketahui kini Provinsi Bangka Belitung, sedang mengalami defisit hingga mencapai Rp 271 miliar.
“Artinya target-target yang kita sepakati, oleh Pemprov Bangka Belitung tidak tercapai. Padahal DPRD sudah menargetkan tapi tidak tercapai, ini juga butuh evaluasi juga oleh Gubernur. Ini menunjukkan kinerja SKPD tersebut tidak baik-baik saja, kita akui ekonomi kita tidak baik-baik saja. Tetapi kalau tidak punya solusi yang inovatif dan kreatif, apa gunanya dipertahankan,” ujar Didit.







