TJSL PLN Hadirkan Instalasi BBJP di Pangkalpinang

oleh
oleh

PANGKALPINANG, Infobabel

Sampah organik yang dulu terbuang percuma di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung kini telah diolah menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP) untuk pembangkit listrik.

Instalasi pengolahan yang berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Paritenam Pangkalpinang, bisa menghasilkan setengah ton BBJP setiap harinya.

“Bahan-bahannya dari sampah organik, mulai dari pohon, ranting hingga daun. Kami mengolahnya menggunakan mesin pencacah sebanyak dua tahap, pencacah kasar dan pencacah halus,” kata Pengawas Pengolahan BBJP Dinas Lingkungan Hidup Kota Pangkalpinang, Suadi saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (25/10/2024).

Suadi menuturkan, pasokan bahan baku BBJP berasal dari sampah rumah tangga yang diangkut setiap harinya oleh petugas pemungut sampah. Sampah yang masih bercampur baur tersebut kemudian dipilah di TPA Paritenam.

Total sampah yang masuk ke TPA Paritenam mencapai 150 ton setiap harinya. Mayoritas adalah sampah plastik dan limbah dapur. Setiap jenis sampah diolah pada lokasi terpisah.
Sementara untuk BBJP, petugas hanya mengambil sampah organik berupa batang pohon, daun, kulit durian dan batok kelapa.
“Proses pengeringan membutuhkan waktu lima hari, kalau batok kelapa lebih lama lagi,” beber Suadi.

Setelah diolah menggunakan mesin pencacah, BBJP yang sudah kering dikemas menggunakan karung. Saat ini stok BBJP yang ada di TPA Paritenam sudah mencapai 15 ton.
BBJP tersebut akan dijual ke PLN senilai Rp 520 per kilogram. Selanjutnya BBJP digunakan sebagai substitusi pengganti batu bara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir, Bangka.

Menurut Suadi, pengolahan BBJP saat ini terkendala cuaca, karena proses pengeringan akan menjadi lebih lama saat turun hujan. Di samping itu, akses jalan menuju instalasi pengolahan menjadi becek dan tergenang air sehingga menghambat keluar masuknya mobil pengangkut.

“Kami berharap nantinya ada perbaikan untuk akses masuk, kendala lain sejauh ini tidak ada. Kami menghasilkan bahan pembangkit listrik, operasional ini juga menggunakan listrik, konsepnya memang lebih ramah lingkungan,” ujar Suadi.

Tempat pengolahan BBJP berdiri di lahan seluas 20×40 meter dengan konstruksi bangunan menggunakan baja ringan. Instalasi ini telah beroperasi selama dua tahun, hasil kolaborasi PLN Bangka Belitung dengan Pemerintah Kota Pangkalpinang.

Anggaran pembangunan instalasi BBJP berasal dari program Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN yang nilainya mencapai Rp 1,5 miliar.

Bangunan BBJP yang berada persis di tengah gunungan sampah ini, dioperasikan oleh sebanyak tujuh pekerja.

Seorang pekerja bernama Nasikan (50) mengaku telah bekerja dalam pengolahan sampah TPA Paritenam selama 12 tahun. Sejak dua tahun lalu, Nasikan ditugaskan membantu operasional di instalasi BBJP.

“Saya honorer DLH yang pertama kali bergaji Rp 800 ribu, sekarang sudah naik jadi Rp 1,2 juta,” ujar Nasikan, ayah dua anak itu.
Manajer Pembangkit PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Bangka Belitung, Ramlan Gurning mengatakan, BBJP menjadi salah satu bahan sumber substitusi batu bara.

Selain itu digunakan juga sumber organik lain seperti woodchips dan cangkang sawit.
Saat ini PLN Bangka Belitung telah menggunakan sebanyak 10 persen bahan substitusi selain batu bara. Penggunaan bahan ramah lingkungan tersebut akan ditingkatkan menjadi 25 persen pada beberapa tahun ke depan.

“Selaras dengan program jangka panjang PLN secara nasional yakni net zero emission pada 2060,” beber Ramlan.

Sumbangan dari sampah organik, sambung Ramlan, ikut membantu tercapainya surplus energi di sistem Bangka. Saat ini daya mampu mencapai 211 MW ditambah pasokan dari Sumatera melalui kabel laut sebesar 60 MW sehingga total tersedia 271 MW dengan beban puncak rata-rata 205 MW.
“Saat ini surplus sekitar 60 MW dengan salah satu pembangkit kita PLTU Air Anyir yang telah substitusi selain batu bara yang kapasitas terpasang 2×30 MW,” jelas Ramlan.

General Manager PLN UIW Bangka Belitung, Dini Sulistyawati mengatakan, ketersediaan energi listrik menjadi instrumen penggerak perekonomian daerah. Energi yang tersedia itu, didistribusikan pada pelanggan rumah tangga hingga pelanggan industri.

“Juga disalurkan bagi warga prasejahtera melalui program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) bekerja sama dengan anggota DPR RI. Program ini telah berjalan tiga tahun dengan target 2.000 rumah, sementara rasio elektrifikasi di Bangka Belitung sudah mencapai 99,94 persen,” ujar Dini di Pangkalpinang.

Pada momen Hari Listrik Nasional (HLN) pada 27 Oktober 2024, PLN Bangka Belitung menyalurkan bantuan sambungan dan akses listrik gratis bagi 30 rumah keluarga kurang mampu, sejalan dengan program pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan ekstrem.

“Melalui program Light Up The Dream, listrik PLN meningkatkan kualitas hidup dan menggerakkan ekonomi keluarga,” pungkas Dini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.